ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A.  Pengertian filsafat pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan filsafat yang diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan. Dalam sejarah perkembangan filsafat telah lahir sejumlah aliran filsafat. Dengan adanya aliran-aliran filsafat, maka konsepsi mengenai filsafat pendidikan telah dipengaruhi oleh aliran-aliran tersebut.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran filsafat. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, maka dalam filsafatpun kita dapat menemukan perbandingan-perbandingan dari beberapa aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut.
   
B.    Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme

1. Pengertian Filsafat Pragmatisme
 
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Aliran filsafat pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia. Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatisme adalah pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya. Karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya pendidikan tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak.

2.    Tokoh-Tokoh Pragmatisme
 
a. Charles Sandre Peirce ( 1839 M )
 
Pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
 
b. William James (1842-1910 M)
 
Tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
 
c. John Dewey (1859-1952)
 
Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.

3. Filsafat Pragmatisme dalam Pendidikan
 
Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya menyelaraskan antara eksplorasi pikiran manusia dengan solusi tindakan bersama perangkatnya untuk mencapai puncak temuan. Di bawah ini akan diuraikan arah dan tujuan pendidikan pragmatisme.
 
a.    Arah pendidikan pragmatisme
 
Pendidikan yang mengikuti pola filsafat pragmatisme akan berwatak humanis, dan pendidikan yang humanis akan melahirkan manusia yang humanis pula. Karena itu, pernyataan “man is the meansure of all things” (Sadulloh, 2003: 120) akan sangat didukung oleh penganut aliran pragmatis, sebab hakekat pendidikan itu sendiri adalah memanusiakan manusia (Drost, 1998:v).
Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatis; pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya. Karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya pendidikan tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak. Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan beranggapan bahwa anak telah memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai tujuan. Jadi, baik anak maupun orang dewasa selalu belajar dari pengalaman masa lalunya.
 
b. Tujuan Pendidikan Pragmatisme
Tujuan pendidikan pragmatisme adalah menumbuhkan jiwa yang aktif dan kreatif; membentuk jiwa yang bertanggung jawab; sosial; dan mengembangkan pola pikir eksploratif yang mandiri kepada anak. Dengan tujuan tersebut pola perkembangan anak akan berjalan sesuai dengan pilihan hidup yang telah direncanakan.
 
c. Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition). Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. 
Kurikulum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah.
 
d. Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
 
e. Peranan Guru dan Siswa
 
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
 
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
1) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi.
2) Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
3) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu 
    masalah.
4) Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
5) Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.

4. Kelebihan dan kelemahan
 
Kelebihannya:
a. Melahirkan manusia yang humanis
b. Mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian atau  eksperimen-eksperimen sehingga muncul temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.
 
Kelemahannya:
 
a. Pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolut (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, oleh sebab itu secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta).
 
b. Pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
 
c. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.


C.    Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme
 
1.    Pengertian Filsafat Pendidikan Materialisme
 
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi
Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris sebagai hasil kajian sains atau alam, sedangkan perilaku sosial sebagai hasil belajar.

2.    Tokoh-tokoh Filsafat Pendidikan Materialisme
 
a)    Demokritos (460-360 SM)
 
Merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga “atomisme”. Demokritos beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang disebut atom).
 
b)    Ludwig Feuerbach (1804-1872)
 
Menurut Feuerbach, yang ada hanyalah materi, tidak mengenal alam spiritual. Kepercayaan terhadap Tuhan hanyalah merupakan suatu proyeksi dari kegagalan atau ketidakpuasan manusia mencapai cita-cita kebahagiaan dalam hidupnya. Oleh karena iu, Tuhan hanyalah merupakan hasil khayalan manusia.
 
c)    Thomas Hobbes (1588-1679)
 
Sebagai pengikut materialistis berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian.
 
d)    Aguste Comte
 
Sebagai pelopor positivisme membatasi pengetahuan pada bidang berdasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata. Menurutnya, terdapat tiga perkembangan berpkir yang dialami manusia, yaitu:
 
1)    Tingkatkan teologis (pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayul dan prasangka)
2)    Tingkatkan metafisik (pola berpikir abstrak)
3)    Tingkatkan positif (pola berpikir yang mendasarkan pada sains)
 
Tokoh-tokoh filsafat materialisme yang lain adalah Anaximenes (585-528 SM), Anaximandros (610-545 SM), Thales (625-545 SM), Demokritos (460-360 SM), Thomas Hobbes (1588-1679), Feuerbach (1804-1872), H. Spencer (1820-1903), Karl Marx (1818-1883).

3.    Ciri-ciri Filsafat Materialisme

a.    Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
b.    Tidak meyakini adanya alam ghaib
c.    Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
d.    Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum
e.    Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq.

Variasi Aliran Filsafat Materialisme
 
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme metafisik.
 
a.  Filsafat Materialisme Dialektika
 
Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum yang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif didalam dunia semesta. Misalnya: “bumi berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti”.
 
b. Filsafat Materialisme Metafisik
 
Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran materialisme metafisik ini misalnya: “sekali maling tetap maling”, memandang orang sudah ditakdirkan, tidak bisa berubah.
 
Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme
 
Menurut Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme yaitu:
1.  Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara 
     ilmiah dan seksama.
2.  Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan 
     kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3.  Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, 
     selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4.  Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant condisioning, 
     reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.
5. Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah 
    dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.  

 Kelemahan dan kelebihan

Kelebihannya:
 
a. Paham materialisme berpegang pada kenyataan-kenyataan yang mudah dimengerti, bukan pada dalil-dalil abstrak.
 
b. Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.
 
c. Semua perubahan yang terjadi bersifat kepastian semata.
 
d. Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
 
e. Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi


Kelemahannya:
 
a.  Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri, padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
 
b. Aliran materialisme tidak mencakup keseluruhan, aliran materialisme bersifat detotalisasi artinya mengingkari manusia secara total, materialisme berpendapat yang terpenting bagi manusia adalah usaha, bukan hanya akalnya.
 
c. Materialisme mengingkari faktor penting dalam kehidupan, misalnya cinta dan kebaikan, karena kadua faktor ini juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan usaha manusia.
 
d. Dalam Agama islam, aliran ini dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama, karena tidak mengakui adanya Yang Mutlak dan unsur metafisika. Karena dalam islam, kehidupan bukan semata yang terlihat, namun juga ada kehidupan yang tak terlihat.
 
e. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

http://msugiarto85.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-aliran-pragmatisme.html.
http://uthamymuzhijabers.blogspot.com/2011/12/filsafat-pendidikan.html
file:///C:/Users/Owner/Downloads/BERBAGI%20%20Makalah%20PRAGMATISME.htm
http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.com/2011/12/perbandingan-aliran-filsafat-pendidikan.html
http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.com/2011/12/perbandingan-aliran-filsafat-pendidikan.html